-->

Cerpen : Liku-liku Cinta

Cerita sedih, Baper, Cinta, Cerpen : Liku-liku Cinta
Anggel berada di sisi Maryam. Ia pandangi wajah cerah berdarah Arab dan bermata biru itu. Maryam memang cantik, mungkin secantik Maryam yang melahirkan Nabi Isa as. Hidungnya yang mancung dan pas, kulitnya yang putih bening tanpa noda sedikitpun, bibirnya yang merah alami. Ah, Maryam, dia memang cantik. Anggel mengakui itu. Pantas saja David tergila-gila padanya. Anggel masih menyimpan perasaan pada David, dan tahu bahwa David sangat menyayangi Maryam. Meskipun begitu, Anggel sendiri tetap tulus menjadi sahabat Maryam dan iapun menyayangi sahabat barunya itu.

Maryam membuka mata.

”Aku baik-baik saja kan, Anggel?” matanya mengerjap.

”Kau baik-baik saja, Maryam. Kau tenang saja, aku akan menjagamu di sini." Digenggamnya tangan Maryam dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya memegang mata kalungnya yang berbentuk salib berwarna silver. Sejak tadi dia berdoa untuk Maryam.

”Aku sudah putus dengan David. Aku tidak sanggup lagi, Anggel. Aku tidak sanggup.”

”Aku tahu, aku paham bagaimana rasanya mencintai dan memaksa untuk melupakan. It hurts. Menangislah, jika memang itu bisa membuatmu sedikit tenang.” Ia paham betul perasaan Maryam seperti apa, karena Anggel juga merasakan hal yang sama. Saat itu, ia merasa nasibnya sependeritaan dengan Maryam.

Tak lama kemudian Ibunda Maryam datang untuk menjemputnya. Ia pulang dalam keadaan masih lemah hingga harus berjalan dengan didampingi ibunya. Anggel hanya mengantar kepergiannya dengan pelukan sebelum mereka keluar dari klinik.
Jardon tiba-tiba muncul dan menghampirinya.

”Anggel, apa kau masih menyimpan perasaanmu pada David?” tanyannya.

”Aku sedang tak ingin membahas itu.” Anggel berpaling.

”Ouch, okey. Sorry.”

Tanpa mempedulikan keberadaan Jardon, Anggel meninggalkan ruang klinik begitu saja. Jardon hanya bisa melihatnya berlalu dari hadapannya. Perasaannya pada gadis itu masih ada, tak pernah hilang. Ya, sudah lama Jardon menaruh hati pada Anggel, namun Jardon selalu berhasil menutupi perasaannya. Ia hanya berharap suatu saat nanti Anggel mau menerimanya menjadi kekasih.

***
Maryam mengenakan gaun muslim yang indah malam itu. Sebuah kalung mutiara menghiasai jilbabnya dengan anggun. Wajahnya sedikit dipoles dengan make-up minimalis, rona cantik wajahnya tak menghilang walau saat itu hatinya masih galau. Ia masih memikirkan David, bahkan sejak putus dengannya, wajahnya semakin meneror Maryam. Di mana-mana wajah David selalu ada. Setelah semua siap, ibunya menuntunnya ke ruang makan. Sahabat ayahnya sudah menunggu di ruang makan bersama istri dan anak lelakinya, Khaled.

Saat Maryam muncul, sahabat ayahnya yang bernama Paman Khusen tersenyum melihat kehadirannya. Khaled sedikit memandang Maryam, ia bergetar hebat melihat kecantikan Maryam. Hatinya bergemuruh hebat. Ia terpesona pada pandangan pertama.

Khaled sendiri berwajah tampan dengan hidung mancung, berkulit putih, bermata biru serta alis yang tebal indah. Khas Arab campuran.

”Astaghfirullah...” Ucap Khaled dalam hati.

Maryam memandang wajah Khaled. Maryam mengakui Khaled memang tampan, bertubuh pas dan berwajah penyayang, namun saat itu tak sedikitpun ia menyukainya, bagi Maryam wajah itu biasa-biasa saja. Yang terindah di matanya hanya David. Hanya dia.

Mereka pun makan bersama sambil bercengkerama. Maryam dan Khaled hanya diam mendengarkan percakapan orang tua mereka.

”Kau sangat cantik, Maryam. Sangat cantik. Aku merasa tak pantas menjadi suami mudamu,” bisik hati Khaled.

***
Di luar sana, David mematung di depan rumah seorang Duta Besar Uni Emirat Arab. Ia terus memandanginya dan ingin sekali masuk ke rumah itu, namun David tak punya cukup nyali untuk itu. Sejak tadi dia belum pulang ke asrama gereja, hingga akhirnya ia putuskan untuk mengayuh sepedanya dengan kencang menuju kediaman sang Duta Besar dan berdiri terus di sana. Sampai malam ini, sampai ia tak tahu bahwa di dalam rumah itu telah terjadi pertemuan antar keluarga yang saling menjodohkan. David tak tahu. Ia tak tahu sampai kapan ia mematung di depan rumah itu, mungkin sampai esok. Sampai ia melihat seorang gadis keluar dari rumah dan mengajaknya bersepeda ke sekolah. Entahlah. Air matanya sudah habis kering karena kebanyakan menangis, pun hatinya sudah lelah memikirkan pujaan hatinya.

Tak terasa hujan rintik-rintik turun malam itu, David masih mematung di depan rumah sang Duta Besar. Tubuhnya menggigil karena kedinginan. Ia mencoba menaiki sepedanya lalu mengayuhnya pelan. Ya, ia menyerah. Ia putuskan untuk pulang kembali ke asrama gerejanya. Pikirannya masih semrawut. Yang terlintas di matanya hanya wajah Maryam dan Maryam. Seperti inikah cinta itu? Pernahkan kalian merasakan hal yang sama? Ah, David masih tak mengerti, kenapa dia bisa semelankolis ini? Ia tak bisa seperti Jardon dan Anggel yang bisa menata hati mereka dengan tenang dan bisa menyimpan perasaan cinta mereka dengan sangat rapi.

***
Pagi itu, dalam kondisi kurang fit David tetap memaksa berangkat ke sekolah. Didapatinya di kelas, Maryam sudah duduk rapi sambil membaca kitab Al-qur'an kecilnya. Sekilas ekor matanya melirik pada Maryam. Menyadari bahwa dirinya diperhatikan, Maryam tetap berusaha konsentrasi membaca ayat demi ayat.

”Ya Allah Yang Maha Pembolak-balik hati, buat aku lupa akan David,” bisik hati Maryam di sela-sela membaca ayat-ayat Al Qur'an tersebut.

Seperti biasa, David menulis di secarik kertas lalu berdiri dan berjalan ke arah Maryam, menyerahkan kertas itu padanya. Dibacanya isi surat itu lirih:
Aku ingin tahu apa alasannya kau memutuskan hubungan ini?
Maryam mengambil secarik kertas lain dan menuliskan balasan untuk David:

Jangan ganggu aku lagi, aku tak mau bicara denganmu lagi.
Yang terjadi selanjutnya, mereka saling berbalas surat satu sama lain.
Maryam, aku sudah cukup tersiksa jauh darimu. Sulit bagiku untuk melupakanmu. Semalaman aku tak bisa tidur, memikirkan masalah di antara kita. Sekarang coba beri aku alasan kenapa sikapmu menjauhiku? Aku mohon! – David – 
Tanyakan pada Anggel. Dia tahu apa yang sebenarnya terjadi. – Maryam –
Seketika itu juga David mencari Anggel. Ditariknya tangan Anggel begitu David menemukannya.

“Apa-apaan ini, Dave? Kenapa kau menarik aku seperti ini?” teriak Anggel sambil berusaha melepaskan tangannya dari cengkeraman David.

“Jelaskan padaku kenapa Maryam memutuskanku!” Tanya David dengan memasang tampang serius.
Anggel memandang wajah David penuh kesedihan. Ia bingung antara memberitahukannya atau tidak. Sejujurnya dalam hatinya ia tidak tega untuk bilang bahwa Maryam akan dijodohkan dengan lelaki pilihan ayahnya.

”Aku tak tahu...” jawab Anggel berusaha mengelak.

”Bohong! Maryam bilang, kau tahu semuanya. Dia memintaku untuk menanyakannya padamu, Anggel. Jadi kumohon, jelaskanlah padaku apa yang sesungguhnya terjadi!” David memohon.

”Don’t ask me to explain it, please! (Jangan paksa aku untuk menjelaskannya. Kumohon!)” Anggel masih menolak.

”Jelaskan padaku sekarang, Anggel. Jelaskan!” Diguncang-guncangnya kedua pundak Anggel.
Maryam memperhatikan mereka dari dalam kelas. Hatinya terasa diiris-iris.
Sementara itu, Anggel masih bergeming.

“Ayolah, ceritakan padaku!” David benar-benar memohon.

“Maaf, bukan aku tidak mau. Tapi aku tidak bisa, Dave.” Anggel tetap pada pendiriannya.

Tiba-tiba saja Maryam menghampiri.

“Aku akan dijodohkan, Dave. Ayahku telah memilihkanku calon suami dari Dubai, namanya Khaled. Ayahku berniat menikahkan kami setelah lulus dari High School dan aku tidak bisa menolaknya.” Emosi Maryam meluap seketika.

Mendengar hal itu langsung dari Maryam membuat David seakan limbung. Ia tertegun sejenak kemudian pelan berjalan meninggalkan Maryam dan Anggel. Hingga sampai di ujung lorong kelas, David berlari ke tempat di mana sepedanya diparkir. Ia kayuh sepedanya sekencang mungkin meninggalkan sekolah. Ia kabur tak tahu arah. Ia ingin menjerit.

“Aaaaarrrrrrgggggghhhhhhh!"


Bersambung ..

*Anda berada di Halaman 9
Untuk membaca part selanjutnya anda klik daftar isi dan pilih cerita yang selanjutnya akan anda baca.

Cerpen : Liku-liku Cinta