-->

Cerpen : Tuhan, Ajari Aku Melupakannya

Cerita Sedih, Baper, Cerita Islam Cerpen : Tuhan, Ajari Aku Melupakannya

David tak lagi bergairah untuk sekolah. Beberapa hari ia hanya mengurung diri di kamarnya. Sarapan, makan siang dan makan malam ia lewatkan begitu saja. Nafsu makannya sirna.

Sudah seminggu ini David tak masuk sekolah, membuat Maryam gelisah luar biasa. Sepulang sekolah itu, Maryam terduduk dengan lesu di halte tempat biasa ia dan David bersua. Sesekali ia pandangi trotoar yang ujung jalannya tembus ke arah gerbang sekolah; tempat di mana biasanya David muncul menemuinya.
Dalam hatinya, ia bergumam, “Where are you going, Dave? I deadly miss you. (Kau ke mana, Dave? Aku sungguh sangat merindukanmu.)”

Lalu setetes dua tetes air matanya basah, hingga banjir membasahi pipinya.

***
Rushel memasuki kamar putranya. Ia sedih melihat kondisi David seperti itu.

“Kau harus makan, nak, kalau tidak kau akan sakit.” Ada kekhawatiran di raut mukanya.

“Aku tak bisa, Ayah. Aku tak nafsu makan lagi.”

“Kau kenapa, Nak? Ada masalah apa?” Ayahnya menuntut jawaban.

“Apakah Muslim dan Nasrani itu tak bisa saling mencintai, Ayah? Jelaskan padaku, apakah kau memperbolehkan jika aku menikah dengan wanita Muslim suatu saat nanti?” tanyanya parau.

Ayahnya terdiam, ia baru mengerti masalah David sesungguhnya.

“Aku tahu pasti ayah tak setuju, sama seperti ayah Maryam. Iya, kan? Tapi melupakannya membuatku sakit, Ayah. Aku tak kuasa menahannya. Semakin kucoba melupakan Maryam, aku semakin lemah dan semakin tak berdaya. Sekarang katakan padaku, Ayah, apa yang harus aku lakukan?" Serta merta air matanya berlelehan dan tubuhnya jatuh di pelukan Ayahnya.

“Pujilah Nama Tuhan, Nak. Berdoalah padaNya. Mintalah pada Dia agar melepaskan rasa cintamu itu pada Maryam. Dia bukan untukmu.” Dengan lembut diusapnya punggung David.

“Puji Tuhan.. Puji Tuhan.. Puji Tuhan.. “ David tergugu menyebut-Nya.

***
Di depan Gereja, Maryam berdiri dengan kaki gontai. Kerudungnya berkibar dihembus angin. Ia melangkah pelan. Keberadaannya saat itu tak lain untuk mencari tahu keberadaan David yang sudah absen selama seminggu. Seorang biarawan melihat Maryam dari kejauhan dengan tatapan aneh. Ia menghampiri gadis itu.

“Wait!” Teriak biarawan itu saat mendapati Maryam hendak melangkah pergi.

Maryam menoleh.

“What are you doing here? (Apa yang kau lakukan di sini?)” batinnya bertanya-tanya melihat seroang gadis Muslim berdiri mematung di depan gereja.

”Excuse me, I want to see David. I’m his classmate. (Permisi, aku ingin bertemu dengan David. Aku teman sekelasnya.)” Maryam menjelaskan tujuan keberadaannya.

”Baiklah, akan kuantar kau ke asramanya.” Ia berjalan mendahului Maryam.

Di lorong bangsal sebuah kamar, Maryam bertemu seorang lelaki paruh baya dengan jubah kebesaran warna hitam; ayah David. Sesaat keduanya terhenti dan saling menatap.

”Aku ingin bertemu David.” Dengan hati-hati Maryam memulai percakapan.

”Kau.. Maryam?” tatapannya begitu meyelidik.

Maryam mengangguk takzim.

”Antar gadis ini ke kamar David." Lelaki paruh baya itu memberi perintah pada biarawan.

Maryam sedih saat melihat David terbaring lemah di ranjangnya. Matanya basah.

”David.. ” Panggil Maryam lirih.

”Kenapa kau ke sini? Aku ingin melupakanmu. Kau malah kesini. Pergilah.. Aku ingin melupakanmu!" David berniat untuk mengusir Maryam tanpa sedikitpun memandang gadis itu.

”Aku ingin kau kembali ke sekolah. Aku ingin kau ada, Dave. Aku ingin tetap melihatmu walau aku tahu aku tak akan mungkin bisa memilikimu.” Maryam bergetar mendengar kalimatnya sendiri.

"Aku ingin melupakanmu. Aku benar-benar ingin melupakanmu!” Tangis David pecah seketika di hadapan gadis yang sangat dicintainya.

"Aku juga sudah berusaha, Dave. Tapi tak bisa. Aku.. aku masih mencintaimu.” Diusapnya air matanya yang terus berlelehan. Ia tak mau terlihat cengeng di depan David.

Hening.

David menangis dalam kebisuan. Begitu juga Maryam.

”Siang malam hanya wajahmu yang terbayang, Maryam. Aku berulang kali menyebut nama Tuhan di hati, namun Dia tak kunjung menyapu bayangmu dari ingatanku." David memecah kebisuan di antara mereka berdua.

”Biarkan aku melihatmu terus tiap hari di sekolah, Dave. Kumohon kembalilah ke sekolah,” pinta Maryam.

”Aku tidak bisa melakukannya sekarang, Maryam. Aku mohon, jangan paksa aku untuk saat ini. Sekarang pergilah. Pulang dan jangan temui aku lagi untuk sementara. Nanti setelah rasa cinta ini lenyap dari hatiku, aku janji, kita akan bertemu lagi dan berteman seperti biasa.” David masih membuang muka.
Mendengar jawaban David, hati Maryam serasa ditusuk-tusuk.

”Kau masih mau, kan, berteman denganku?” tanya David padanya. Dia terdiam cukup lama lalu berlari meninggalkan David sendiri di kamarnya. Maryam terus berlari dengan terisak hingga pandangannya kabur oleh air yang menggenang di pelupuk matanya. Beberapa biarawan yang kebetulan dilewatinya menatap dengan tatapan bertanya-tanya dalam hati.

Di dalam kamarnya, David menyimpan penyesalan yang mendalam.

”Maafkan aku,” bisiknya.

Bersambung ..

*Anda berada di Halaman 10
Untuk membaca part selanjutnya anda klik daftar isi dan pilih cerita yang selanjutnya akan anda baca.

Cerpen : Tuhan, Ajari Aku Melupakannya